Cerita Budi Pekerti
Zhao Xiao Merebut Maut
Pada masa Dinasti Han, tersebutlah seorang yang
bernama Zhao Xiao, nama kehormatannya adalah Chang Ping. Dia memiliki seorang
adik laki-laki yang bernama Zhao Li, jalinan persaudaraan mereka sangat erat. Suatu
tahun karena gagal panen, sehingga terjadi bencana kelaparan, masyarakat
bergejolak dan mengalami kekacauan.
Hari itu langit ditutupi oleh awan hitam, cuaca
mendung dan sangat gelap. Setelah badai berlalu, di hati para penduduk merasa
ada sejenis tanda buruk. Ternyata benar, sekelompok bandit mendadak menguasai
Gunung Yiqiu, mulai merampok di empat penjuru, penduduk panik dan melarikan
diri, oleh karena bencana kelaparan ini, sehingga membuat para bandit menjadi
kehilangan akal sehat, bahkan juga terdengar kabar tentang manusia makan
manusia.
Para bandit yang tidak berhasil mendapatkan
apa-apa dari rumah penduduk, merasa kesal sehingga menangkap orang, kebetulan
yang mereka tangkap adalah Zhao Li.
Meskipun Zhao Li bertubuh kurus dan lemah, namun
di wilayah yang terkena dampak bencana kelaparan yang paling parah ini, para
bandit tidak sudi melepaskan Zhao Li, mengikatnya erat-erat pada sebatang
pohon, lalu di sampingnya dinyalakan perapian, mulai merebus air, bersiap-siap
menjadikan Zhao Li sebagai santapan pengganjal perut.
Sementara itu sang abang, Zhao Xiao yang
beruntung bisa lolos dari sergapan bandit, malah tidak berhasil mencari
adiknya. Hatinya begitu cemas, kemudian ada orang yang memberitahukan padanya
bahwa Zhao Li ditangkap bandit. Mendengar kabar ini, hati Zhao Xiao pedih
bagaikan tersayat pisau tajam. Dia berpikir : “Apa yang harus kulakukan? Jika
terjadi sesuatu pada adik, bagaimana saya harus bertanggungjawab pada
ayahbunda! Sebagai abang, bagaimana saya dapat hidup lagi di dunia ini?”
“Meskipun harus mengorbankan nyawa sekalipun,
saya tetap harus menyelamatkannya”. Berpikir sampai di sini, Zhao Xiao telah
membulatkan tekadnya, mencari sarang bandit dan melakukan penyerangan.
Oleh karena hati Zhao Xiao tulus secara
keseluruhan, maka dalam waktu singkat dia berhasil mencari sarang bandit,
melihat adiknya diikat, bersamaan itu pula melihat ada satu panci besar yang
berisi air mendidih. Zhao Li melihat kedatangan abangnya, mulanya merasa
gembira, namun tiba-tiba dia berteriak menyalahkan abangnya : “Abang! Kamu mana
boleh datang ke tempat ini! Bukankah ini berarti mati sia-sia?”
Saat itu Zhao Xiao juga tidak sempat
mempedulikan ucapan adiknya lagi, segera menerjang ke arah para bandit, dengan
isak tangis memohon : “Adikku adalah penderita penyakit, lagipula tubuhnya
kurus dan lemah, dagingnya pasti tidak enak, mohon kalian bebaskan dia!”
Para bandit yang mendengarnya menjadi sangat
garang, lalu berkata pada Zhao Xiao : “Jika melepaskan dirinya, apa yang harus
kami makan?” Zhao Xiao mendengar pertanyaan bandit sedemikian, lalu dia segera
menjawab : “Asalkan kalian melepaskan Zhao Li, saya sudi dimakan kalian,
lagipula tubuh saya lebih sehat dan gendut”.
Para bandit yang mendengar perkataan Zhao Xiao,
sejenak mereka jadi bengong, mereka tak pernah berpikir di dunia ini ada juga
orang yang datang mengantar kematiannya, mereka tercengang dan saling menatap
satu sama lainnya.
Saat itu terdengar teriakkan Zhao Li : “Tidak
bisa! Tidak boleh begitu!”. Salah satu bandit menjawab : “Mengapa tak boleh?”.
Dengan isak tangis Zhao Li menjawab : “Yang ditangkap itu adalah diriku,
dimakan kalian juga merupakan nasibku, tetapi ada dosa apa dengan abangku? Mana
boleh membiarkannya mati sia-sia?”
Mendengar ucapan adiknya, Zhao Xiao segera
menuju ke hadapan adiknya lalu saling berpelukan dan berebutan untuk mati. Para
bandit yang sudah melakukan segala kejahatan, mendengar kedua bersaudara
berebutan untuk mati, melihat jalinan persaudaraan yang berani mempertaruhkan
nyawa, jadi diam seribu bahasa. Selama ini mereka telah menutupi hati nurani,
kini hati nurani itu terbangun oleh adegan yang mengharukan tersebut, yang juga
tak terhindarkan dari tetesan air mata. Akhirnya mereka melepaskan dua
bersaudara itu.
Kemudian, kejadian ini tersebar hingga kepada
kaisar, kaisar yang berkuasa saat itu merupakan kaisar yang beretika moral,
bukan hanya menurunkan titah saja, bahkan mengangkat dua bersaudara menjadi
pejabat, bahkan juga menyebarluaskan kebajikan mereka yang berhasil menggugah
para bandit, supaya seluruh penduduk negeri dapat meniru dan belajar pada
mereka.
Pepatah mengatakan : Abang adik bagaikan tangan
dan kaki. Dengan mengamati situasi berbahaya saat itu, abang adik Zhao dapat saling
mendahulukan keselamatan masing-masing, sama sekali tidak mempedulikan
keselamatan sendiri, karena di dalam hati mereka amat jelas bahwa tubuh sendiri
dan saudara lainnya merupakan salah satu bagian dari tubuh ayahbunda, memiliki
hubungan darah dan lahir dari tubuh yang sama.
Lebih luas lagi mengamati dunia ini, meskipun
makhluk hidup terdiri dari beragam jenis, sesungguhnya juga serupa dengan abang
adik, saling memiliki kaitan. Maka itu, manusia jika ingin menikmati kehidupan
bahagia yang berkepanjangan, maka harus memiliki hati yang bajik dan pengasih, mencintai
seluruh umat manusia di muka bumi ini, segala hal dan semua makhluk, dan dasar
dari hati yang bajik dan pengasih ini, serupa dengan yang tercantum di dalam
Lun Yu (Analects) yakni : berbakti pada ayahbunda dan menghormati abang dan kakak,
seharusnya merupakan dasar dari kebajikan. Ini merupakan kebenaran yang tak
pernah berubah sejak jaman dahulu kala.
趙孝爭死
在漢朝的時候,有一個叫趙孝的人,字常平。他有一個弟弟叫趙禮,兄弟兩個人相處得十分友愛。
有一年,由於收成不好,糧食減產欠收,飢荒嚴重,社會治安也很混亂。
這一天,空中烏雲密佈,天色顯得十分昏暗。一陣狂風過後,人們的心頭仿佛都有一種不祥之兆。果然,一伙強盜突然佔據了宜秋山,開始四處搶掠,百姓們都慌忙逃命,因為在這種嚴重的飢荒災區,飢餓已經使強盜們失去了理性,甚至連吃人的事情也有所耳聞。
強盜們在老百姓的家中大肆搜尋一陣,見找不出多少食用的糧食和換錢的東西,一怒之下,他們就只好抓人,恰好把弟弟趙禮給捉走了。
趙禮雖然身體瘦弱,但是窮凶極惡的強盜們也不肯放過他,將他五花大綁捆起來後,係在一個樹上,然後在旁邊架起爐灶生起火來,開始燒水,準備拿趙禮來充飢。
哥哥趙孝雖然幸運地躲過了這一劫,卻找不到了弟弟。他心急如焚,四處打聽,得知有人親眼看見趙禮被強盜抓走了。
弟弟被掠走的消息讓趙孝心如刀割。他焦急地想:「我該怎麼辦?要是弟弟有個三長兩短,可怎麼對得起父母啊!我這個做哥哥的又怎麼能再活在這個世上?」「弟弟是同胞骨肉,哪怕賠上自己的性命,我也要救出他。」想到這裡,趙孝就下定了決心,尋著強盜撤離的方向奔了過去。
由於趙孝救弟弟心切,馬不停蹄,所以很快就趕到了強盜那裡,見到了被捆綁的弟弟,同時也看到旁邊有一鍋正呼呼冒著熱氣的開水。弟弟趙禮見哥哥來了,先是一陣驚喜,隨後馬上就哀嘆起來,埋怨哥哥說:「哥哥呀!您怎麼可以到這個地方來呀!這不是白白送死來了嗎?」
此時趙孝也顧不上與弟弟搭話,就沖到強盜的面前,哀求強盜說:「我弟弟是一個有病的人,而且身體也很瘦弱,他的肉一定不好吃,請你們放了他吧!」
強盜們一聽大怒,氣洶洶地對趙孝說:「放了他,我們吃什麼?」趙孝聽強盜這樣一問,就趕緊說:「只要你們放了趙禮,我願意用自己的身體給你們吃,況且我的身體很好,沒有病,還很胖。」
強盜們聽了趙孝的這番話,一下子都愣住了,他們沒想到天下還有這樣甘願送死的人,相互震驚地對視著。
這時,就聽見趙禮在旁邊大聲地喊:「不行!不可以那樣做的!」邊上一個強盜就向趙禮吼道:「為什麼不行?」趙禮哭著說:「被捉來的是我,被你們吃掉,這是我自己命裡注定的,可是哥哥他有什麼罪過呀?怎麼可以讓他去死呢?」聽罷此言,趙孝連忙撲到弟弟面前,兄弟相擁在一起互勸對方要讓自己去死,情急之下已是泣不成聲。
這些無惡不做的強盜們,聽著兄弟互相爭死的話語,望著手足之間捨身相救的場面,被深深震懾住了。他們那堅封已久的惻隱之心,被這人間真情真義的感人場面喚醒了,也都不免淌下了熱淚。旋即,他們無聲地放走了兄弟兩人。
後來,這件事輾轉傳到了皇帝那裡,皇帝是一個深明仁義道德之君,不僅下詔書,封了兄弟二人官職,而且把他們以德感化強盜的善行,昭示於天下,讓全國百姓傚彷學習。
俗話說:兄弟如手足。縱觀當時的危險境界,趙氏兄弟能夠首先顧及對方的安危,絲毫不顧個人的凶險,足見他們的心中已深深明白,自己的身體與弟兄的身體都是父母身體的一部分,同氣連枝,同體相生。
放眼世界,萬物雖有類聚群分,實則如兄弟一樣,互相之間休戚相關,同體相生。因此,人類要想擁有永久美好幸福的生活,就必須以仁愛之心,真誠地關心和愛護宇宙天地間的一切人,一切事和一切物,而這份仁愛之心的根本,正如古德在《論語》中所言:孝悌也者,其為仁之本與。這是亙古不變的真理。