Jumat, 31 Oktober 2014

Mengenal Istilah Dalam Ajaran Konfusius



Mengenal Istilah Dalam Ajaran Konfusius :

五常 wu chang Lima Kebajikan Dalam Ajaran Konfusius yakni :
: rén : kemuliaan
: yì    : kebenaran
: lǐ     : kesusilaan
: zhì  : kebijaksanaan
: xìn  : dapat dipercaya



五倫 : wu lun : Lima Bentuk Hubungan Manusia yakni :

1.    Hubungan antar ayah dan anak  
Ayahbunda harus mendidik dan menjadi teladan yang baik bagi anaknya dan anak harus berbakti pada ayahbunda.

2.    Hubungan antar suami istri
Suami dan istri menunaikan tanggung jawab berdasarkan peranan masing-masing.

3.    Hubungan antar saudara
Antara abang, kakak dan adik harus saling hormat menghormati dan saling sayang menyayangi.

4.    Hubungan antar pimpinan dan bawahan
Harus ada makna kesetiaan.

5.    Hubungan antar sahabat
Harus dapat dipercaya



四維: Si Wei : Empat Ikatan Sosial :
:            : kesusilaan
:            : kebenaran
: lián        : kejujuran
: chǐ         : tahu malu



八德 : Ba De : Delapan moralitas : menurut ajaran Konfusius
: xiào       : bakti
:            : persaudaraan
: zhōng    : kesetiaan
: xìn        : dapat dipercaya
:             : kesusilaan
:            : kebenaran
: lián        : kejujuran
: chǐ         : tahu malu



八德 : Ba De : Delapan moralitas : menurut ajaran Sun Yat-sen
: xiào       : bakti
:            : persaudaraan
: zhōng    : kesetiaan
: xìn        : dapat dipercaya
: rén        : kemuliaan
: ài           : kasih sayang
:           : harmonis
: píng      : perdamaian

                                                           

四維八德:  Si Wei Ba De : Empat Ikatan Sosial dan Delapan Moralitas (terdiri dari 12 aksara dengan menghilangkan yang dobel) :
: xiào       : bakti
:            : persaudaraan
: zhōng    : kesetiaan
: xìn        : dapat dipercaya
:             : kesusilaan
:            : kebenaran
: lián        : kejujuran
: chǐ         : tahu malu
: rén        : kemuliaan
: ài           : kasih sayang
:           : harmonis
: píng      : perdamaian


Kamis, 30 Oktober 2014

Gubuk Yuan De-xiu



Cerita Budi Pekerti

Gubuk Yuan De-xiu

Yuan De-xiu hidup pada masa Dinasti Tang, nama kehormatannya (nama yang diberikan kepada pria yang telah mencapai usia 20 tahun dalam jaman dinasti di Tiongkok) Zi Zhi, saat usianya masih kecil telah kehilangan ayah, dengan jerih payah ibundanya membesarkan dirinya. Sejak kecil dia sudah tahu berbakti, setelah dewasa lulus ujian sarjana muda, namun terpikir akan ibundanya yang telah lanjut usia, dia tidak tega meninggalkan ibundanya, maka itu dia menggendong ibundanya, bersama-sama menempuh perjalanan jauh ke ibukota.

Kemudian ibundanya meninggal dunia, dia membangun sebuah gubuk sederhana di depan makam sang bunda, menjalani kehidupan berduka selama tiga tahun. Selama menjalani masa duka, siang malam hatinya diliputi kesedihan, di atas meja yang usang, hidangan tiga kali sehari adalah sajian yang sangat sederhana, kondisi gubuk tersebut sungguh memprihatinkan sampai alas tikar pun tidak ada.  

Malangnya kemudian abang dan kakak ipar De-xiu juga meninggal dunia secara berturut-turut, meninggalkan seorang anak bayi yang baru berusia seminggu saja, siang dan malam menangis terus. Yuan De-xiu menggendong nyawa kecil yang sungguh tak berdaya tersebut, mengenang wajah sanak keluarga di tempo hari dan beragam perhatian yang pernah dicurahkan kepadanya, juga tidak sanggup menahan air mata siang malam menangis tersedu-sedu. Tetapi rumah mereka terlalu miskin dan kesusahan, sementara kondisi nyawa kecil tersebut masih begitu lemah, apa yang harus dilakukannya?

Hari demi hari berlalu, bayi tersebut merasa capek dan kelaparan, suara tangisannya semakin melemah. Yuan De-xiu menggendong penerus generasi keluarganya, lalu menyanyikan lagu anak-anak buatnya, serupa ayah kandung yang sedang menghibur bayinya. Tak terduga beberapa hari kemudian, keajaiban terjadi, air susu keluar dari puting Yuan De-xiu, setelah bayi kenyang barulah dapat tidur dengan pulas.

Yuan De-xiu menyusui putra abangnya hingga bayi tersebut dapat mengunyah makanan, air susu berhenti dengan sendirinya. Darah daging abangnya bagaikan kelanjutan dari nyawanya sendiri, dia mencurahkan segenap bakti kepada ibunda dan kasih sayang pada abangnya, menjadi perhatian tanpa batas kepada anak kecil ini, disamping juga pendidikan yang penuh kedisiplinan.

Kemudian Yuan De-xiu mengasingkan diri ke pegunungan, dia tidak berminat pada ketenaran dan keuntungan sehingga orang-orang di dunia ini sangat menghormati moralitasnya. Suatu kali, Kaisar Tang Xuan-zong (685-762), berkunjung ke wilayah timur, seluruh rakyat di daerah tersebut diberi kesempatan untuk mempersembahkan pertunjukan baik nyanyian maupun tari-tarian. Saat itu juga beredar kabar bahwa kaisar berencana memberikan penghargaan terhadap pertunjukan yang paling menarik, maka itu semua orang berlomba-lomba mempersembahkan pertunjukan  terbaik buat kaisar. Gubernur dari Provinsi Hanoi mengutus beberapa ratus orang untuk membuat pertunjukan hebat, semuanya mengenakan kain sutra yang agung dan mahal, kakinya mengenakan emas, perak, mutiara dan permata berkilauan yang berkerlap kerlip, menyanyi dan menari di hadapan Kaisar Tang Xuan-zong, semangatnya sungguh luar biasa.

Tak terduga pertunjukan yang dibawakan oleh Yuan De-xiu hanya memperagakan beberapa puluh seniman yang berpakaian sederhana, lalu menyanyikan lagu yang diciptakan sendiri oleh Yuan De-xiu, yang melukiskan tentang cita-cita agung seorang insan bijak. Setelah Kaisar Tang Xuan-zong mendengarnya, dia sangat terkesima dan berkata : “Ini sungguh adalah suara hati dari insan bijak! Bila dibandingkan dengan pertunjukan sebelumnya, nyanyian dan tarian yang dibawakan utusan Hanoi adalah menenggelamkan diri dalam kemewahan, bagaimana mungkin penduduk Hanoi dapat menghindari diri dari situasi yang menakutkan! Maka itu kaisar segera memecat Gubernur Hanoi dari jabatannya.

Yuan De-xiu saat menjabat jadi pejabat, gaji yang diperolehnya akan digunakan untuk membantu anak-anak yatim piatu. Setelah jabatannya berakhir, dua tangannya kosong begitu leluasa bagaikan semilir sejuk yang nyaman, tidak membawa apa-apa, satu-satunya harta benda yang masih dimiliki hanyalah sehelai kain sutra yang kasar dan tipis, mengendarai sebuah kereta kuda pengangkut kayu bakar yang bergoyang-goyang, dengan santai meninggalkan tempat tugasnya.

Sejak itu dia mengasingkan diri diantara pegunungan hijau dan jernihnya air, belajar dan mengajar, memetik kecapi dan menulis puisi, di gubuknya tidak ada pelayan, pintunya juga tidak perlu dikunci, bahkan dinding pun tidak ada, setiap hari menikmati panorama hijaunya pegunungan dan putihnya awan, bagaikan Dewa di surga begitu bahagianya. Pejabat penting yang kediamannya bertahtakan permata setiap bertatap muka dengan Yuan De-xiu, akan mengeluh dan berkata : “Begitu melihat gubuk ini akan membuat ambisi orang yang mendambakan ketenaran dan keuntungan jadi kandas”.  

Yuan De-xiu wafat dengan mewariskan gubuk tua dan murid-muridnya yang senantiasa mengenang semangat moralitasnya yang tak pernah padam. Adik sepupunya yang bernama Yuan Jie siang malam menangis tersedu-sedu, kesedihannya sulit diredakan. Ada orang yang menasehatinya : “Anda sudah terlampau bersedih, menurut tata krama ini sudah melewati batas bukan?”

Yuan Jie menjawab : “Anda hanya tahu tata krama yang banyak, namun tidak tahu akan kesetiakawanan. Saat guru masih hidup, selama lebih dari 60 tahun, tidak pernah mendekati wanita, tidak pernah mengenakan kain sutra yang bagus, segala apa yang disukai oleh orang awam, segala kesenangan, beliau tidak pernah memilikinya, tidak pernah mengenakan bahan pakaian yang layak, tidak pernah makan hidangan lezat. Saat meninggal dunia, di rumahnya hanya ada bantal, sepatu dan sendok sup, beliau meninggalkan batu bata yang sudah retak dan atap yang sudah rusak, sepanjang hidup tidak pernah menikmati tanah seluas 10 hektare, rumah seluas 10 kaki. Saya menangisi kepergiannya untuk memperingatkan  murid-murid lainnya yang mendambakan kemewahan dan nafsu indria, agar bermawas diri!”

Mengamati  keseluruhan hidup Yuan De-xiu, kita dapat melihat bahwa kepribadian dan tempat hunian seseorang, mampu membuat pejabat berkuasa pada masa itu melupakan ketenaran dan keuntungan; ketulusan seseorang yang telah melampaui batas maksimal maka akan mendatangkan mukjizat, dapat menyelamatkan seorang anak bayi yang lemah dan yatim piatu; bakti seseorang yang dapat menggendong ibundanya menempuh perjalanan jauh ke ibukota. Kebajikan besar yang luar biasa ini, telah menggugah para Dewa melantunkan irama, mengguncang hati nurani setiap insan dunia ini.


  

德秀乳孤

唐朝元德秀,字紫芝,他很小的時候就失去了父親,靠著母親辛辛苦苦地把他撫養長大。他從小就非常孝順,長大後中了進士,但想到母親年紀大了,他不忍心離去,於是就親自背著母親,一同遠赴京城。

後來他的母親去世了,他在墓前建了一座簡陋的草屋,為母親守孝三年。在那追思慈恩的日日夜夜,他的內心是那麼地哀傷,老舊的木桌上,三餐都是粗茶淡飯,破舊的草屋裡,連一個可以靠著的墊子都沒有。

不幸的是,德秀的哥哥嫂嫂後來也都相繼過世了,留下了一個嗷嗷待哺的小嬰兒,纔只有一週歲,白天黑夜哀哀地哭。元德秀抱著這個無助的小生命,想起親人往日的音容笑貌,和對自己的種種關懷,也忍不住日日夜夜地哀傷哭泣。可是,他們的家裡太窮困了,小生命這麼稚嫩弱小,一個男人有什麼辦法呢?

一天一天過去了,孩子又累又餓,他的哭聲開始日漸微弱。元德秀抱起這個家族的命脈,讓孩子的小嘴含住自己的乳頭,給他唱著兒歌,像親生父親一樣安慰他。想不到幾天之後,奇跡出現了,元德秀身上竟然汩汩地流出了乳汁,孩子盡情地吮吸著豐沛的奶水,安安穩穩地睡著了。

就這樣,元德秀哺育著哥哥的孩子,一直到小生命自己能夠進食,乳汁纔停止了流淌。哥哥的血脈,就如同德秀自己生命的延續一般,他將畢生對母親至心的孝敬、對兄長至愛的恭敬,都傾注在對這個小孩的無限關愛、與嚴格的教育上。

天寶年間,元德秀當上了魯山令,他淡泊名利卻又名滿天下,普天之下的人們都很敬重他的德行。有一次唐玄宗來到東都的五鳳樓下,下令讓三百里之地的地方官進獻歌舞的表演。當時傳言皇上將根據演出精彩與否來決定賞罰,於是大家都爭相要討好皇上。河內的太守派出了好幾百人的強大陣容,全都身穿華貴的錦繡綢緞,戴上金銀珠寶,亮閃閃地,在唐玄宗面前載歌載舞,氣勢很盛大。

想不到,元德秀的演出一開場,只走出幾十位衣著簡樸的樂工,聯袂唱起了《於蒍於》,這是元德秀自己創作的歌曲,表現出賢者高邁卓絕的志向。唐玄宗聽了之後,內心很震驚,感嘆地說:「這正是賢者的心聲啊!相比之下,河內進獻的歌舞,這樣地窮奢極欲,河內的百姓怎能免於生靈塗炭啊!」於是就罷黜了河內太守的官。

德秀做官期間,所賺取的俸祿,都拿去資助那些無依無靠的老人和孩子。等到他任期滿了之後,他兩袖清風,財產只有一塊粗糙的縑布,駕著一輛搖搖晃晃的破柴車,悠然地離去。

從此之後,他定居在山明水秀的陸渾山水之間,讀書教學、彈琴作文,他的家裡沒有僕人,家門不用鑰匙,就連防護的土牆都沒有,每天看青山臥白雲,就像天上的神仙一樣地快樂。名臣房琯每每見到元德秀,就嘆息地說道:「一見紫芝的眉宇,使人名利之心都盡。」

天寶十三年,元德秀去世了,留下了簡陋的屋舍,和門人弟子追思綿長的盛德。他的族弟元結白天黑夜地號啕大哭,哀思難以平復。有人勸他說:「你哭得過於哀痛,在禮上不是過了度了嗎?」

元結說:「你只知道禮數太過,而不知真情之至啊。先生在時,六十多年來,未曾近女色,未曾用過錦繡綢緞,舉凡人心所喜愛、沈迷的嗜好,他不曾有過,身上沒穿過完整的布料,生平沒吃過五味的珍饈。過世時家裡只有枕頭、鞋子和舀水的瓢一類東西,他留下了幾片破磚破瓦而離去,一生未嘗有十畝之地、十尺的房舍和十歲的侍者。我哀傷他的離去,警戒那些奢侈貪婪的荒淫之徒啊!」

縱觀元德秀的一生,我們看到,一個人的眉宇氣質,能讓當朝的權臣忘卻名利;一個人的至誠感通,能讓孤弱的嬰孩得以保全;一個人的孝思,能背上母親,遠赴京城。這卓絕的盛德,是感動天子的賢者的音樂,是撼動世人錚錚的良知。


Selasa, 28 Oktober 2014

Zeng Shen Membina Batin



Cerita Budi Pekerti

Zeng Shen Membina Batin

Zeng Shen atau Zeng-zi (505-435 SM), merupakan salah seorang murid Konfusius. Zeng-zi merupakan penduduk Negeri Lu yang hidup pada masa Dinasti Zhou periode Chunqiu (periode semi dan gugur yang berlangsung pada 770-476 SM). Zeng-zi bersama ayahandanya merupakan murid Konfusius yang berbakat. Zeng-zi sangat berbakti pada ayahbundanya, terutama dia sangat mematuhi kehendak ayahbundanya, selain itu dia juga memelihara batin ayahbundanya agar senantiasa melangkah di jalan yang benar, sehingga mendapat pujian dari generasi demi generasi dan merupakan contoh teladan yang patut diikuti.

Dalam kehidupan keseharian, setiap tiba waktu makan, Zeng-zi akan mengamati dengan seksama dan penuh perhatian pada hidangan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ayahbundanya, selera dan kebiasaannya, bahkan mengingat jenis-jenis makanan yang disukai ayahbunda. Maka itu sehari tiga kali, Zeng-zi mampu menyajikan hidangan makanan yang disukai ayahbunda dengan menu yang lezat dan berselera.

Ayahanda Zeng-zi pernah mendapatkan sedikit pelatihan tentang ajaran para insan suci dan bijak, dalam kebiasaan beliau juga suka berbuat baik dan beramal, menolong tetangga dan penduduk dusun yang tidak mampu. Terhadap kebiasaan ayahandanya, Zeng-zi juga mengukirnya di dalam hati, maka itu, setiap kali ketika ayahbunda selesai makan, dengan sikap penuh hormat dia akan memohon bimbingan pada ayahbunda, sisa sayur sajian kali ini sebaiknya diantar kepada siapa.

Di dalam benak Zeng-zi, setiap saat yang terpikir olehnya adalah keperluan ayahbunda, apa yang disukai ayahbunda, dia akan selalu menyimpannya di dalam hatinya, supaya setiap saat dapat mewujudkan harapan ayahbunda. Ayahanda biasanya suka makan biji-bijian, maka Zeng-zi akan keluar mencari lebih banyak biji-bijian untuk dibawa pulang buat sang ayah. Setelah ayahandanya meninggal dunia, dia senantiasa terkenang akan ayahnya, dalam hatinya sungguh pilu.

Suatu hari Zeng-zi naik ke gunung mencari kayu bakar, meninggalkan ibundanya seorang diri di rumah. Tanpa diduga rumahnya kedatangan tamu. Sesaat ibundanya tidak tahu harus bagaimana, mengkhawatirkan bila tamunya menunggu kelamaan sehingga kehilangan tata krama, sehingga dia merasa sangat panik dan mendesak, lalu dengan sekuat tenaga dia menggigit jari telunjuknya, berharap agar putranya yang sedang berada di gunung dapat ikut merasakan kesakitannya dan segera pulang. Ternyata benar, hati ibu dan anak saling terjalin. Zeng-zi yang sedang berada di gunung membelah kayu, mendadak merasa hatinya kesakitan bagaikan tersayat, seketika dia teringat akan ibundanya seorang diri di rumah, maka itu dia segera memikul kayu bakar di pundaknya dan cepat-cepat pulang ke rumah.

Lagi, pernah suatu kali istri Zeng-zi menghidangkan buah pir yang masih matang untuk dimakan ibundanya, melihat hal ini Zeng-zi jadi begitu marah, sehingga menceraikan istrinya. Sejak itu Zeng-zi tidak menikah lagi, melalui ucapan sendiri lalu diwujudkan dalam tindakan nyata, dengan cara ini dia mendidik putranya Zeng Yuan, sejak kecil sudah dididik dengan baik, sehingga kelak dia menjadi insan bijak dan berguna.

Setelah Zeng Yuan tumbuh dewasa, oleh karena merindukan ibundanya, memohon pada ayahandanya agar memperbolehkan dirinya menjemput ibundanya pulang rumah, tetapi malah ditolak Zeng-zi, dia memberitahukan putranya : “Sepanjang hidup manusia yang paling penting adalah budi pekertinya dan landasan budi pekerti terletak pada ajaran bakti. Seorang wanita yang telah menikah ke dalam keluarga suaminya, yang paling penting adalah dapat mencurahkan perhatian baik bagi yang lebih tua maupun yang lebih muda, yakni dapat berbakti pada mertua dan mendidik anak serta mendukung suaminya”.

Dapat dilihat bahwa betapa Zeng-zi sangat menjunjung tinggi ajaran bakti. Dia menilai istrinya, hanya mengurusi sebutir buah pir saja tidak becus, bagaimana mungkin dapat memikul tanggung jawab keluarga? Bagaimana dapat menunaikan kewajiban sebagai menantu, seorang ibunda dan istri? Perilakunya ini akan membawa kerugian pada tata krama keluarga, juga akan membawa dampak buruk bagi anak cucu generasi berikutnya. Maka itu perpisahan dengan istrinya juga merupakan hal yang terpaksa. Mendengar ucapan ayahnya, Zeng Yuan merenungkannya dengan mendalam, dengan sendirinya juga memahami dan menyetujui sudut pandang sang ayah.

Dan lagi pernah suatu kali, Zeng-zi melewati sebuah tempat yang bernama “Shengmu (mengalahkan ibunda)”, dia menghindari tempat tersebut hanya karena nama yang digunakannya, tidak sudi menginjakkan kaki di tempat tersebut.  

Konfusius (seorang ahli filsafat yang hidup pada tahun 551-479 SM) mengetahui bahwa Zeng-zi adalah putra yang berbakti, maka itu menurunkan ajaran bakti kepadanya. Di dalam Xiao Jing (klasik tentang ajaran bakti, salah satu dari 13 klasik Konfusianisme), Konfusius dan Zeng-zi menggunakan bentuk tanya jawab untuk menjelaskan tentang ajaran bakti. Konfusius berpesan pada Zeng-zi agar menyebarluaskan ajaran bakti. Dari sini dapat diketahui bahwa : Hati dan sikap bakti Zeng-zi bukanlah seperti sebagian orang pada umumnya.

Zeng-zi bukan hanya mencurahkan perhatian dalam menjaga ayahbundanya, namun dalam keseharian, dalam ucapan dan perilakunya, juga sangat bermawas diri, hanya takut menyia-nyiakan budi ayahbunda yang telah membesarkannya, khawatir jika perilaku diri sendiri tidak baik dan membuat ayahbunda merasa malu.

Bersamaan itu pula, dia juga sangat menaruh perhatian bagaimana mendidik murid-muridnya, setiap saat memberi teladan dalam bentuk tindakan nyata. Maka itu muridnya yang bernama Zi Si mewarisi semangatnya untuk membina batin, sehingga menjadi seorang insan bijak, di kemudian hari muridnya yang bernama Mencius menjadi Ya Sheng (orang suci kedua setelah Confucius).

Sepanjang hidupnya Zeng-zi mengamalkan ajaran Konfusius, menfokuskan diri dalam ajaran bakti, juga menggunakan pengamalannya sepanjang hidup untuk memberitahukan pada kita, bagaimana mematuhi ayahbunda, bagaimana menerapkan ajaran bakti dalam hidup keseharian. Dia bukan hanya telah mengamalkan “berbakti pada ayahbunda dan menyayangi saudara-saudaranya”, bahkan telah mewujudkan “mawas diri dan dapat dipercaya”, bahkan menyebarluaskan etika moral yang diajari Konfusius kepada generasi selanjutnya, membimbing murid-muridnya. Dan Xiao Jing (klasik tentang bakti) yang dia turunkan telah bertahan sejak ribuan tahun yang lampau hingga kini. Bahkan telah menciptakan berkah dan keberhasilan bagi banyak suku dan dinasti.

Hati setiap ayahbunda di dunia ini, adalah berharap supaya anak-anaknya dapat menjadi naga (anak laki-laki) dan burung phoenix (anak perempuan), berharap agar mereka dapat menggapai keberhasilan. Lalu, gelar dan pangkat bukanlah ukuran bagi keberhasilan, namun andaikata dapat mengecap pendidikan etika moral barulah disebut keberhasilan.             
  





曾參養志

曾子名「參」,字「子輿」,是周朝春秋時期魯國人。他與父親「曾點」都是孔老夫子的優秀學生。曾子非常孝敬他的父母,尤其是他順承親意,養父母之志的孝行,成為了後世普遍贊美和傚彷的典範。

在日常生活中,每到吃飯的時候,曾子一定都會細心觀察和體會父母的飲食口味與習慣,並將父母最喜歡吃的食物牢牢記在心裡。因此,一日三餐,曾子總能準備出父母最愛吃而又很豐盛的菜餚。

父親曾點深受聖賢教誨的熏陶,平常樂善好施,經常接濟貧困的鄰里鄉親。對於父親的這個習慣,曾子也同樣銘記在心,所以,每次父母用過飯後,他都會畢恭畢敬地向父親請示,這一次餘下的飯菜該送給誰。

在曾子的心中,時刻想到的都是父母的需要,父母所喜愛的一切事物,他也都會放在自己的心裡,以便隨時可以滿足父母的心願。父親平時很喜歡吃羊棗,曾子就會在外出時儘量給父親多帶回一些。待父親過世之後,曾子睹物思情,看到羊棗,他就想到父親在世的情景,心中不免勾起無限的傷痛。所以從那以後,他就再也不忍吃羊棗了。

有一次,曾子到山裡頭去砍柴,只有母親在家。不巧家裡突然來了客人。母親一時不知所措,惟恐因待客不周而失禮,情急之下,她就用力咬了自己的指頭,希望曾子在山裡頭心能有所感應,趕快回家。果然,母子連心,曾子正在山中砍柴,忽然感覺一陣心痛,他馬上就想到了母親,於是,就趕緊背著木柴趕回家中。

還有一次,曾子的妻子蒸梨給年邁的婆婆吃。當時梨蒸得還不熟,她就端給婆婆吃。曾子看了非常生氣,也很懊惱,就把妻子休出家門。從此,曾子父兼母職,也沒有再娶,通過自己的言傳身教,把兒子「曾元」從小就教得非常好,使他後來也成為了賢達之人。

曾元在他長大成人之後,曾因為思念自己的母親,向父親請求是否可以把母親接回來住,但是曾子並未答應。他告訴兒子說:人一生最重要的無過於他的德行,而德行的根本在於孝道。一個女子嫁到丈夫家,最重要的是要使這個家能夠承上啟下,也就是能孝敬公婆,教導子女,輔佐丈夫。

由此可見,曾子極其重視孝道。他認為妻子連蒸梨這種小事都處理不好,又怎能承擔起整個家庭的責任?怎能盡到一個兒媳、母親和妻子的本分?如此身教會有損於家風,導致家門不修,也會影響到後世子孫。所以與妻子分離也實在是不得已之舉。曾元聽到父親這番意義深遠的話語,自然也理智地認同了父親的看法。

又有一次,曾子路過一個叫「勝母」的地方,他很避諱這個名字,所以就不肯踏入這個地方。

孔夫子知道曾子是一個孝子,所以將「孝道」的學問傳述給他。在《孝經》當中,夫子與曾子以一問一答的形式,把孝道表露開解無遺。他囑託曾子一定要把孝道發揚光大。由此可知:曾子的為人和孝心孝行非同一般常人。

曾子不但對於奉養父母的身體非常的重視,即使在日常生活、言語行為當中,也非常的謹慎,惟恐有辱父母養育之恩,擔心因為自己表現不好而使父母蒙羞。

同時,他更非常留意如何教導自己的學生,時刻以自己的修身來做學生們良好的行為典範。所以,他的學生「子思」繼承了他「養志」的精神,不僅使自己成為了賢人,他的學生「孟子」後來則成為「亞聖」。

曾子一生秉承孔夫子的教誨,依教奉行,專心致力於孝道,也用自己一生的行持來告訴我們,如何順承親意,如何將孝道落實在日常生活當中。他不但做到了「入則孝,出則悌」,還做到了「謹而信」,並且把夫子所教的這些德行流傳於後世,培育他的學生。而由他所傳述的《孝經》,也流傳千古,直至今日。其間不知造福和成就了多少的家族與朝代。

縱觀天下父母之心,都是希望自己的孩子能夠成龍成鳳,希望他們能有所成就。然而,成就「功名利祿」並不算真有成就,而成就「道德學問」纔算真有成就。