Cerita Budi Pekerti
Li Shan Menyusui Majikannya
(Bagian 3)
Pada jaman dahulu kala, dalam hal mendidik putra
mahkota merupakan urusan terbesar dimana kaisar akan menaruh perhatian penuh
terhadap hal yang satu ini. Sima Guang pernah mengeluh bahwa mengapa sepanjang
sejarah selalu muncul kaisar yang tidak bijaksana? Ini karena sewaktu mereka
masih menjadi putra mahkota, tidak memperoleh pendidikan moral yang bagus.
Maka itu seorang kaisar yang bijak akan memilih
dengan seksama guru yang dapat membimbing putra mahkota, membiarkan putra
mahkota tinggal bersama gurunya, setiap hari mempelajari tata krama, hal
sekecil apapun yang dilakukan baik melalui ucapan maupun tindakan, akan
mendapat perhatian dan perbaikan dari gurunya. Sang guru akan terus menerus
menjaga dan mendidik putra mahkota setiap harinya, mengembangkan etika
moralnya, menanam landasan agar kelak
menjadi kaisar yang bijaksana, memikul tanggung jawab memimpin negara
dan mensejahterakan rakyatnya.
Li Shan yang menghadapi perubahan hidup yang
begitu drastis, sangat memahami penderitaan sebagai rakyat jelata, sehingga dia
dapat menggunakan sebutir hati yang mencintai rakyat untuk memberi manfaat bagi
orang banyak, sehingga memperoleh sanjungan dari rakyat di seluruh pelosok
negeri. Sedangkan Li Xu juga memperoleh keberhasilan besar, menjadi pejabat
perdana menteri Raja He Jian.
Ketika Li Shan menempuh perjalanan hendak
memulai tugasnya sebagai gubernur, dia melewati Yu Yang, setelah meninggalkan
rumah Keluarga Li selama bertahun-tahun, dia jadi terkenang kembali akan masa
lalunya, bayangan demi bayangan bermunculan bagaikan baru terjadi hari kemarin,
beragam perasaan berkecamuk di hatinya, setelah menempuh perjalanan satu li
kemudian, dia melihat makam Li Yuan. Seketika rasa sedihnya timbul, lalu
menyuruh pengawal untuk menghentikan tandunya.
Dia menanggalkan jubah kebesarannya, mengganti
pakaiannya dengan baju seorang pembantu, lalu berjalan perlahan menuju kuburan.
Li Shan mulai membersihkan makam dari rerumputan, menatap batu nisan yang
membisu, tidak sanggup menahan kesedihan yang memenuhi hatinya, berlutut dan
meneteskan air mata, orang lain yang melihatnya juga ikut meneteskan air mata.
Li Shan mulai merapikan keadaan di sekeliling
makam, lalu menyalakan dupa, lilin dan memberi sesajian. Dia berlutut dan
berkata : “Tuan, nyonya, saya adalah Li Shan, hari ini datang menyembahyangi
kalian, semoga arwah kalian dapat tenang di surga….
Selama beberapa hari dia enggan meninggalkan
daerah kuburan, senantiasa mengenang majikannya. Meskipun sesungguhnya dia
bukan lagi seorang pembantu, tetapi adalah seorang pejabat kerajaan yang
menjadi junjungan rakyat, namun dia tidak pernah lupa asal usulnya, dia tetap
merindukan hari-hari dimana majikannya Li Yuan selalu memberikan perhatian dan
menjaganya, seperti Li Shan yang tempo dulu, senantiasa berada di samping majikannya.
Konfucius berkata bahwa seorang atasan harus
memperlakukan bawahannya sesuai dengan peraturan, segala sesuatu harus
dijalankan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh negara. Seorang
bawahan haruslah setia pada atasannya, menunaikan kewajibannya. Atasan dan
bawahan adalah saling berkaitan. Kebajikan Li Shan dapat tersebar hingga ribuan
tahun lamanya, adalah terletak pada : saat jatuh melarat tidak hanya dapat
bersabar dan memikul tugas berat, namun juga masih dapat mempertahankan
kesetiaan, setelah meraih keberhasilan, masih tetap memiliki rasa terimakasih
dan mengingat budi majikannya.
Sejak ribuan tahun silam hingga kini, semangat
kesetiaannya yang tetap tak berubah, telah memotivasi kita meskipun berada
dalam situasi dan kedudukan apapun, juga tetap dapat menjadi seorang yang
bertanggung jawab. Kisah yang begitu mengharukan ini, bukan hanya telah
menyatukan budi dan kebajikan, namun juga telah meninggalkan sebuah teladan
tahu budi dan balas budi.
李善乳主
(三)
在古時候,培育太子是帝王特別用心的一件事。司馬光曾經感嘆地說,為什麼歷史上會出現那麼多的昏君?這多半是由於他們當太子的時候,就沒有受到很好的教育。所以賢明的父王總是會精挑細選,把太子托付給真正賢德之人,讓他跟老師生活在一起,舉凡出入應對,日常禮儀,點點滴滴的言行舉止,都得到嚴格的調教和指正。老師會日以繼夜地看顧太子,長養他的德行,進而奠定成為賢明仁君的基礎,承擔治理天下的重責。
飽經滄桑的李善,深深瞭解百姓的疾苦,所以能夠用仁民愛物的心來照顧大眾,把地方治理得很好,得到了人們對他的愛戴。後來小主人李續也很有成就,成為了河間王的相官。
當李善要就任太守時,途經了淯陽,闊別了李家這麼多年,回憶過去,歷歷如前,此時的李善百感交集,在一里之外,他仿佛已經見到了李元的墳墓。一時悲從中來,就命人停下了轎子。他卸下官服,換上粗布衣裳,緩緩地走向墓園。荒蕪的小徑,雜草叢生,李善提起一把老舊的鋤頭,開始賣力地清理雜草。他一步步地來到主人的墓旁,撫摸著殘損不堪的墓碑,禁不住心中的悲慟,跪地放聲大哭,哭聲哀淒,聞者莫不為之動容泣淚。
李善開始整理周圍的環境,他把墓園打掃地乾乾淨淨,築起了爐灶,準備了豐富的祭品,來奉祀主人。他跪在主人的靈位前,非常傷感地說:老爺、夫人,我是李善,我今天回來探望、祭拜你們,願你們在天之靈都能夠得到安慰……
幾天來,他都徘徊不忍離開墓園,時時刻刻地追思恩主,不時見到李善撫著墓碑暗自抽泣。縱使今天他已經不再是卑微的傭人,而是令人尊敬的朝廷命官,但是他依然不忘本,他依然感念李元當年關心照顧他的恩德情義,就好像自己仍然是往昔的李善一樣,隨侍在主人的身旁。
孔子云:「君使臣以禮,臣事君以忠」,君臣之義是水乳交融、相生互通的,李善的美德之所以能流芳千古在於:卑微之時,不但能忍辱負重,盡忠職守,顯達之後,仍然對主人感恩戴德。千百年來,他的忠義精神始終鼓舞著我們見賢思齊,不論身處任何環境地位,都能夠做一個盡職負責之人。這個感人至深的故事,不僅結合了恩義、情義與道義,更為後人留下了一個知恩報恩的不朽典範。